Estetika Gardu Listrik dan Keindahan Kota

Setiap kita melewati jalan beberapa jalan di kota Semarang seperti jalan Sultan Agung, S Parman, Diponegoro, MT Haryono (Mataram), dan Veteran, ada hal yang menarik perhatian, yaitu warna warni indah mencolok yang terdapat pada bangunan gardu listrik. Warna yang membalut keempat sisi dinding gardu listrik ini seakan memberi napas baru dan menghadirkan kembali keberadaan gardu listrik yang selama ini kita kenal, yang bermetamorfosis dengan menjadikannya sebagai elemen estetis kota. Elemen estetis merupakan bentuk-bentuk yang memiliki nilai seni dan keindahan (artistik), sehingga gardu listrik dengan warna warna primer (biru, kuning dan merah) yang indah pada dindingnya sudah bisa dikategorikan sebagai sebuah elemen estetis kota

Bangunan berbentuk atap limas ini barankali sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Bangunan peninggalan belanda ini bisa dijumpai di beberapa ruas jalan seperti mataram dokter cipto dan raden patah.

Nama aslinya dalah transformatorhuisje (rumah transformator). Dahulu disebut gardu anim karena merupakan milik NV algemene Nederlandsche Indische Electrisch Maatschappij (ANIEM). Sebuah perusahaan listrik swasta yang beroperasi di Semrang.

Gardu gardu tua itu sekarang telah berdandan dan berbenah, ditambah pernak-pernik berisi pesan persuasif berisi ajakan untuk hemat listrik sampai hotline layanan keluhan konsumen, sehingga selain berfungsi sebagai media kontrol juga media propaganda yang dibuat menarik. Warna-warna cerah pada gardu listrik di Semarang adalah fenomena baru dalam pembentukan elemen estetis dan penyajian karya seni di area publik.

Dinding gardu listrik ini mampu disajikan tak hanya menghadirkan gambar yang apik, harmonis, dan bernilai seni, tetapi juga berisikan tulisan-tulisan atau kata-kata yang ekspresif. Bisa memberikan semangat bahkan kritik membangun serta ajakan untuk selalu hemat listrik terutama pada saat jam-jam beban puncak (peak time). Oleh sebab itu, gambar yang ditampilkan harus gampang dipahami dan mengandung pesan persuasif.

Pemberian warna mencolok dengan warna primer pada gardu listrik di kota ini mampu mengubah bentuk masif dan kesan kuno dari gardu listrik menjadi elemen fisik kota yang menarik dipandang. Supaya keberadaannya tetap terlihat dimalam hari ada baiknya gardu listrik dilengkapi dengan lampu sorot yang dapat menerangi seluruh sosok gardu ini sehingga mudah dikenali di malam hari.

Dari pengamatan secara acak terhadap gardu-gardu listrik yang tersebar di Semarang, ada gardu yang sudah mendapatkan sentuhan artistic, tetapi ada beberapa gardu yang belum tersentuh oleh keindahan warna warni karena masih dibiarkan merana dan masih terlihat kumuh serta kotor akibat aksi penempelan poster/reklame dan aksi corat-coret liar. Walaupun sering kita melewati jalan tersebut kita tidak mengira ada gardu listrik yang berdiri ditepi jalan. Hal ini dapat kita lihat diantaranya di Jalan Iman Bonjol, Jalan Tanjung, gardu listriknya masih merana.

Sementara gardu listrik ini terkesan tidak terawat, warnanya pudar, kusam, dan tidak ada perlakuan khusus pada bentuk gardu yang memiliki nilai estetika tinggi. Masyarakat yang tinggal di sekitar gardu kurang peduli dan menghargai dengan membiarkan lingkungan seputar dinding atau tembok yang tampak kotor oleh sampah maupun coretan orang yang iseng. Bahkan pada beberapa tempat banyak gardu listrik yang sudah beralih fungsi mulai dari pos kampling, wartel maupun untuk kios PKL.

Mestinya masyarakat ikut menjaga kebersihan, membuat taman atau memberi penerangan yang cukup di sekitar gardu listrik. Pemerintah kota setali tiga uang kurang memberikan perhatian dan melihat gardu listrik sebagai salah satu potensi sebagai penanda lingkungan bahkan penanda kawasan.

Untuk memberikan nilai lebih terhadap gardu listrik, pemkot ataupun pihak yang terkait dalam hal ini PLN untuk dapat bekerja sama dengan para seniman untuk memberikan nilai tambah dan estetis terhadap penampilan gardu listrik yang sekarang ada, kemudian dapat mendokumentasikan untuk kepentingan promosi pariwisata. Termasuk mengemas keterlibatan masyarakat yang menjadi seniman dadakan.

 

Penulis : Sukawi—— penghuni kota tropis

sukawi

saya seorang yang gemar menulis jadi disini saya akan banyak menulis

Artikel yang Direkomendasikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *