3.726 mdpl, beauty under ur feet

Aku naik ke puncak Rinjani, 16 Agustus 1995.

Lebih sekian hari dari usiaku yang 20.

Kaos biru pemberian Uya’ berlengan panjang. Kulot hitam, dijahit dari bahan yang dibeli Mamak di pasar. Dan 2 pasang kaos kaki yang terpaksa kubuang karena aus oleh panas dan dingin sekaligus dari sekian trek menuju puncak. Oia, walau sudah bosan dengan cerita asyiknya bersandal jepit menuju puncak, sesuatu yang tak pernah aku buktikan, karena hanya satu kali itulah aku masih mau muncak [trip sampai ke Puncak]. Belasan kali setelah trip pertama ini, aku cukup sadar dan tahu diri, badanku tak sanggup ulangi trip yang sama :D

Danau Segara Anak
Pic diatas aku ambil paksa [ngambil dulu baru ijin :D] dari salah seorang seniorQ yang kini menjadi salah satu pengajar di SMU Jakarta [thanks ya Bang]. Angle ini bisa diambil dari trek kembali dari Danau Segara Anak melalui desa Senaru [doh, koq lupa yak..a, dah inget]. Trek kembali ini, akan melalui punggungan Gn Sangiang[cmiiw deh, drpd maksa]. Sedikit skill memanjat untuk sampai dipunggungan tertingginya, untuk kemudian turun menuju desa Senaru. Terhitung, setelah lewati Cemara Lima di punggungannya, ada 3 pos yang dilewati sebelum sampai dipemukiman penduduk.

Oh wait. Penting untuk tahu, dari Semarang sini, bagaimana cara mencapai Rinjani?

Pertama, bus kota dulu kali ya. Ada Safari Dharma Raya. Ada Karya Jaya. Atau, estafet dengan bus jurusan Semarang-Surabaya-Mataram. Saat ini, ongkosnya bervariasi antara 150rb-275rb/org/sekali jalan. Harga termurah tentunya untuk yang estafet. Tentunya, selain tawaran paket dari travel2 agen atau kegiatan UKM Mapala di kampus2 di Semarang. Ongkos bisa diluar perkiraanku diatas.

Kedua, kereta api. Sayang, sebagai pulau di seberang, belum ada jalur kereta api, baik di Bali, apalagi di Lombok. Jadi, trip menggunakan kereta api, Semarang-Surabaya, dan kembali menggunakan bus dari Surabaya-Mataram.

Ketiga, pesawat. Ya! Paling cepat, pun mahal :D. Sayang banget, setahu aku, belum ada trip langsung Semarang-Mataram. Opsinya, Semarang-Jogya-Mataram atau Semarang-Surabaya-Mataram. Lah, gak mungkin juga kan ngambil trip yang transit Jakarta :D

Dan jika, hanya jika salah satu toekang loenpia akhirnya nyampe Mataram, tripnya belum-lah sampai di kaki Rinjani. Dari terminal bis Mataram [Mandalika di Bertais], kita harus kembali menempuh perjalanan 4/5jam ke arah timur, jika ingin memulai dari jalur Sembalun-Lombok Timur. Jarak lebih dekat, 2/2,5 jam jika ingin memulai dari jalur Senaru-Lombok Barat. Yang membedakan, Sembalun memberikan trek yang variatif. Bukit landai memanjang dan trek menanjak saat urat betis sudah lebih lentur :P. Senaru? Tanjakan terus-menerus mulai dari awal dan turun terus-menerus saat kembali pulang. Ujian maha berat untuk engkel kaki.

Beberapa link bagus untuk pahami jalur-jalur Rinjani:

Jalur Torean

Foto2 Torean

Rinjani By Toto

Artikel yang Direkomendasikan

3 Komentar

  1. kontol ama mu,,,,,,
    pepek itu makani,,,,
    ga usah sok2 an dech kamu ya….
    mank dah brp kali siy kamu naek??????
    nonong itu makani skali lg,,,ok
    suck my dick,,,
    suck my dick,,,suck my dick,,,
    suck my dick,,,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *