Ode Untuk Sang Mahesa Jenar

panser biru

Lima Mei Dua Ribu Sembilan, selesailah sudah kisah perjalanan selama lebih dari 30 tahun nyaris berbarengan dengan runtuhnya patung sang legenda atas kenangan kejayaan di tahun 1987 silam. Sebuah kisah tragis dari sebuah klub sepakbola yang tumbuh dan menorehkan ceritanya dengan lumpur lapangan becek, sebuah tancep kayon dari fragmen cerita tentang sejarah sepakbola di kota panas bernama Semarang, dan ini adalah sebuah ode untuk klub sepakbola yang pernah saya dukung ketika saya menjadi remaja tanggung belasan tahun silam. Ya, ode untuk PSIS Semarang, sang Mahesa Jenar.

Tidak banyak yang dapat saya kenang dari klub ini, ketika di tahun 1987 silam, Ribut Waidi, Budi Wahyono, Ahmad Muhariah, Syaiful Amri bersama menjadi bagian dari legenda lapangan becek, saya masih terlalu sibuk mengejar layangan di sawah sebelah rumah saat itu, namun tentu saya tetap takzim dengan berita kemenangan 1-0 atas Persebaya yang dicetak oleh Syaiful Amri 22 tahun silam. Dan ketakziman itu berlanjut ketika Ribut Waidi sang legenda dari PSIS membukukan gol emas di final Sea Games 1987 yang menjadi emas pertama timnas sepakbola di Sea Games. Ah, kenangan lama yang meremangkan bulu kuduk. Kenangan sama yang berulang 12 tahun kemudian ketika Tugiyo mencetak gol semata wayang di final lagi-lagi melawan Persebaya yang diselenggarakan di Manado dengan alasan situasi ibukota yang belum kondusif pasca reformasi, lalu diangkatlah tropi kebanggaan bersayap garuda itu oleh Ali Sunan, sang kapten yang juga menjadi pemain terbaik dikeseluruhan liga.

Sebuah pesta pun tercipta, ketika nyaris seluruh kota ada di tepi jalan mengikuti pawai berarak dari Ahmad Yani sampai ke balaikota, saya ada disana, dalam kebingungan mencari celah untuk sekedar melihat tropi sang juara yang dipajang dengan gagah di jip terbuka. Semarang kembali berjaya!! Tiba-tiba saja hampir semua orang berbusa-busa bergunjing keberhasilan Edy Paryono, sama seperti mereka berbusa-busa membicarakan come-back luar biasa Setan Merah di final Liga Juara Eropa. Jatidiri menjadi semakin sesak dan melewati jalan Sultan Agung di hari pertandingan adalah mimpi buruk.

Tapi nyatanya? Selamat datang di kasta kedua. Sebuah ironi, entah kutukan, entah kebetulan, PSIS terdegradasi ke divisi satu. Saya termasuk yang ingin membakar kaos biru yang saya beli di pojokan Citarum saat itu. Memang lebih mudah menjadi seorang penikmat tanpa ikatan emosi. Terlalu naif membandingkan ikatan emosi Panser Biru dengan ikatan emosi Ultras, apalagi Torcida yang menganggap Dinamo Zagreb adalah kumpulan kaum kafir yang layak dibantai seperti keledai. Panser Biru, SNEX, apalagi pendukung lepas seperti saya hanya akan bersemangat tatkala Semarang berkuasa, namun akan lelah saat Semarang melemah. Sepakbola di Indonesia bukan jalan hidup, namun lebih sebagai hiburan, maka ketika hiburan itu tidak menarik lagi, menghilanglah dia dari layar kaca seperti sinetron basi yang kehilangan rating. Tidak ada yang peduli ketika klub yang mereka dukung itu terus menerus kalah, mereka hanya ingin menang, mereka hanya ingin juara, kalau perlu serapahi lah orang-orang yang tidak becus di dalam sana, tidak peduli apakah mereka masuk menonton dengan tiket atau justru tanpa tiket. Di benak mereka, hiburan ini adalah hiburan yang harus happy ending, seperti kisah Disney yang selalu berakhir bahagia.

Ketidakpedulian ditambah motivasi pribadi menjadi katalis sempurna bagi kehancuran sang Mahesa, sepakbola dan politik jelas bukan sesuatu yang sintesis, Mahesa Jenar bukan AC Milan yang diurus dengan profesional meskipun sang ketua jadi penguasa Italia. Tidak ada yang suka ketika klub sepakbola dipersamakan dengan pulas pipi penari ronggeng yang dapat menjadi penarik massa. Ah, tapi itu hanya pikiran liar saya, ketika melihat baliho besar sang orang dalam Mahesa menjelang pemilu silam.

Maka lupakan saja hiburan murah meriah yang bisa membuat kita berteriak menyumpah untuk sebuah peluang gol yang tidak menjadi, selamat tinggal sorakan “obong-wasite” ketika sang pengadil menjadi badut tak lucu di tengah lapangan.  Dan terima kasih, setidaknya saya tidak perlu was-was lagi ditumpangi oleh segerombolan preman yang memaksa menumpang gratisan atas nama suporter sepakbola.

Artikel yang Direkomendasikan

22 Komentar

  1. walau saya asli Kudus, namun cukup lama juga di semarang
    sekitar 4 tahun saya berkelana di semarang bersama teman-teman panserbiru dari barutikung, simpang lima sampai keliling semarang sampai akhirnya di Visito Sriwijaya yang juga di gawangi salah satu orang panserbiru.
    beberapa waktu lalu juga mengikuti lomba suporter walaupun hanya sebagai pemeriah bersama Adipati Panser.
    walau sekarang seperti menjadi permainan politik, namun saya berharap laskar mahesa jenar tidak mati.
    tetap semangat!!!

  2. Kunjungan Persaudaraan
    Salam Persaudaraan dari Komunitas Blogger KalSel ‘Kayuh Baimbai’ (http://kayuhbaimbai.org).

    Salam Blogger

    Soulharmony (085251534313/081952954056)

  3. Saya inget betul betapa terpesonanya saya pada Tugiyo dan golnya,betapa bangga saya jd warga semarang..all hail to PSIS!

  4. 1. Selamat buat PSIS, nasibmu memang lagi di bawah.
    2. Kita memang lebih baik begitu, kadang di atas, kadang di bawah. Kalo sudah di atas biasanya suka lupa diri sih. Sekarang di bawah, akan menjadi evaluasi bersama dan menyatukan semangat kembali PANSERnya.
    3. Kalo soal dana dari PEMKOT yang konon sudah dihentikan, kenyapa PSIS tidak cari donator swasta ajah, kumpulin konglomerat se- Semarang, masak gak bisa.
    4. JANGAN KALAH SAMA tangga desa. PERSIJAP. :roll: ngisin-isini waris kiye nek nganti PSIS tahun sesok ora iso dadi Divisi Utama.
    5. Kudukung dengan do’a dari wong ndeso bin melarat ini mas.

  5. jadi bubar ga seh..??????

  6. keri neng njero katok
    ngeri thox

  7. wew…

    jalan-jalan gowo bathox
    jan ngeri thox

  8. psis yang dulu menjadi tim yang menakutkan telah luntur secara perlahan, dan parahnya lagi, hal itu terjadi saat aku mau menjadi warga kota semarang
    hm…
    sulit!

  9. Terusterang, saya kurang suka dengan sistem Sepak Bola Indonesia, kapan Tim Sepak Bola Indonesia Mandiri? Berjuang dari penghasilan sendiri, bukan dari APBD?

    Jadi.. sayapun tidak peduli PSIS mau menang atau kalah.

  10. kios5758.blogspot.com

    salam kenal untuk sahabat-sahabat dari semarang…..saya hanya ingin memperkenalkan diri / promosi untuk sahabat-sahabat yang beberapa bulan lagi membutuhkan jas hujan,kunjungilah saya di kios5758.blogspot.com ,kami menyediakan jas hujan dengan berbagai model dan dengan kulitas terjamin.salam……..

  11. salam kenal dgn saya. saya sangat senang bila kota anda unggul dan menang dan mudah2 itu pertanda kemajuan perepakbolaan dikota anda. maju terus pantang mundur.

  12. Submit tulisan anda di Kombes.Com Bookmarking, Agar member kami vote tulisan anda. Silakan submit/publish disini : http://bookmarking.kombes.com Semoga bisa lebih mempopulerkan blog/tulisan anda!

    Kami akan sangat berterima kasih jika teman blogger meberikan sedikit review/tulisan tentang Kombes.Com Bookmarking pada blog ini.

    Salam hormat
    http://kombes.Com

  13. bagus… :) mudah-mudahan Mahesa Jenar terus berjaya….
    saya lumayan lama juga tinggal di semarang.. ± 5 tahun-an.

    Salam tuk orang Semarang…

    http://1001processor.blogspot.com
    http://1001printer.blogspot.com

  14. Jujur, aku melu sedih…
    Ndisik direwangi rombong2an seko Mboja numpak pikep nang Semarang sakdrema pengin nonton PSIS…
    pas sekolah SMA ning Semarang ra nate absen nonton plus tukaran…
    lha kok saiki paripurna… piye jal ki?

  15. semoga Mahesa Jenar terus jaya salam kenal
    ini kunjungan saya yang pertama

  16. klassik, yang jadi alasan masalah pendanaan. persib juga tampaknya segera menyusul psis. harusnya dipikirkan bagaimana benar dikelola secara swasta. libatkan pengusaha lokal dan investor. pemerintah setempat memberli stimulan saja, kalau disubsidi terus jadinya manja. apalagi uang itu tak digunakan semestinya. semoga psis bisa segera bangkit.

  17. Kalau menurut pendapat saya, memang sudah waktunya klub di negeri ini diurus secara profesional. Serahkan saja pad ahlinya, kalau memang ga ngeeerti bola ga usahlah sok ikut2an ngurusin bola, biar sepak bola kita bisa maju. Merdeka!!

  18. PSIS tetap PSIS yang harus kita dukung. Apapun prestasinya saat ini, PSIS adalah asset dan kebanggan warga Kota Semarang, PSIS tetap di hati. Teruslah berjuang mengaharumkan nama Semarang di kancah sepakbola nasional. Salam damai dan kompak selalu to semua pengurus PSIS….salam satu hati-satu jiwa tuk Panser BIru dan SNeX… terus dukung perjuangan Mahesa Jenar..warga Semarang di Tegal Bahari mendukungmu….salam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *