Minum Teh ala Tukang Loenpia: Pagilaran


Pagilaran itu sebuah perkebunan teh. Satu jam dari Pekalongan dan tiga setengah jam dari Semarang. Perkebunan Teh Pagilaran dikelola oleh Universitas Gajah Mada, hasilnya sebagian besar di kirim ke luar negeri dan sebagian lagi di jual di dalam negeri.

Katanya sih, teh Pagilaran itu enak bukan hanya karena tehnya. Tapi juga karena dibuat dengan menggunakan air dari mata air di Pagilaran. Katanya lagi, teh yang dibuat dengan air dari Pagilaran rasanya akan berbeda dengan teh yang dibuat dengan air dari Jakarta – misalnya, walaupun menggunakan daun teh dari Pagilaran. Jadi, sering sekali – orang-orang yang beli teh dari Pagilaran juga membawa air dari Pagilaran pakai jerigen-jerigen demi mendapatkan rasa yang sama.

==================================================

Ini adalah KOPi DARat LUar KotA (KOLUKA) pertama saya. Hahaha – sebenarnya – setiap kopi darat saya dengan para tukang loenpia kan selalu luar kota ya. Wong saya tinggal di Wollongong. Ah, sudahlah.

KOLUKA pertama saya *anggaplah demikian* di kawasan argowisata Kebun teh Pagilaran – rencana koluka yang awalnya (seperti) main-main. Ada dua belas orang tukang loenpia yang ikut *termasuk tukang loenpia ketjil*: Okky, Titut, Gita, Dendi, Hars, Kopril, Slams, Pepeng, Didut, Mizan, ngggg *mikir*, Munif, dan Teguh. Kami berangkat (hampir) pagi-pagi dari rumah Dendi menggunakan dua mobil (mobilnya Dendi dan mobilnya Mizan) setelah sebelumnya mau nekat berangkat naik motor.

Kami sampai di Pagilaran jam 12-an – setelah mampir di warteg Bie Nyo (di Batang) dan rumah penyulingan minyak daun cengkeh dan daun (n)Dilem (di dekat Blado). Di Pagilaran, kami menyewa sebuah homestay – namanya Villa Alamanda III. Aseli, homestaynya besarrrrrrrrrr sekali: 6 kamar tidur, 3 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang TV, 1 garasi dan halaman yang luas. Untuk homestay sebesar itu, kami hanya membayar Rp. 375.000 plus PPN 10%. Itu belum termasuk harga tiket masuk kawasan argo wisata Pagilaran – yang kalau nggak salah harga tiket perorangnya Rp. 2000,-.

Pertama kali datang, kami langsung ke halaman belakang buat foto-foto dan melihat-lihat daerah sekitar. Habis itu – secara aneh beberapa betmen memilih untuk NONTON TV *ck ck ck ck* – daripada mengikuti agenda yang nggak mutu itu – saya, Gita, Slam, Okky, dan Kopril milih untuk jalan-jalan. Eh, taunya kesasar ke daerah outbond.

Pas di sana, eh ternyata kabut turun. Wah, cantik sekali – nggak heran kalau bukit di dekat situ dinamai Puncak Kemulan. Soalnya, kabut yang turunnya cepat itu memang kayak kemul – menyebabkan kami tidak bisa melihat apa-apa.

Nggak berapa lama, saya di SMS Pepeng Escoret. Ternyata para betmen yang tadi pada nonton TV itu akhirnya memutuskan untuk menyusul. Sambil nunggu hujan, kami akhirnya juga menunggu para betmen itu di dekat kantor argowisata. Setelah kumpul – tadinya kami mau langsung ke pabrik teh, tapi ternyata sudah tutup. Akhirnya kami malah mampir ke gubuk kecil tempat jualan duren dan rambutan *hihihi, belinya cuma satu buah duren dan satu ikat rambutan, tapi foto-fotonya lama benerrrrrrrrrrrrrrr dan ketawanya BESAR BESAR*

Baru aja pulang dari makan duren dan rambuta, beberapa tukang loenpia mulai kelaparan dan memutuskan untuk berburu makanan. Saya, Gita, Okky, Kopril, Pepeng, Teguh, Mizan, dan Didut sepakat mencoba menu sate kambing Mbak Yona di Blado. Sambil duduk manis, kami menunggu pesanan: sate kambing dan tongseng. Hahaha, lucu melihat wajah Didut dan Kopril waktu melihat pesanan datang, karena satu tusuk sate itu dagingnya besar-besar sekali! Sate kambing ukurang JUMBO. Kayaknya, satu tusuk sate itu bisa dibuat tiga tusuk sate kambing ukuran normal *nggilani ya? tapi enak kok*

Dan, kami kalah. Tidak ada satupun yang bisa menyelesaikan porsi pesanan yang kami pilih. Daripada memesan lagi, kami sepakat untuk membungkus yang tidak dapat kami habiskan untuk dibawa pulang. Eh, tapi – yang dibawa pulang itu bukan sisa lhoooo *cepat-cepat membela diri sebelum dikeroyok*. Sebelum mulai makan – kami sudah memisahkan duluan bagian yang kami pikir ga bisa kami selesaikan di piring BERSIH, baru setelah itu kami makan sisa yang tertinggal di piring kami.

Di koluka pertama ini, saya baru tau – kalau tukang-tukang loenpia itu punya cara aneh untuk tidur. Mereka ternyata lebih senang tidur di luar kamar. Jadilah kasur-kasur dipreteli dari tempat tidur dan diseret ke ruang TV. Tapi, ternyata cara itu lebih flexibel. Di atas kasur-kasur itu berbagai kegiatan bisa dilakukan: mulai dari makan, online lewat HP, main kartu sampai ngorok *hihihi ada juga oknum yang ngorok dan kentut bau dan besar sekali*. Ternyata juga, ada satu tukang loenpia yang lebih senang tidur di lantai daripada di kasur *jangan-jangan sedang bernazar? hehehe*. Ada juga tukang loenpia yang lebih senang tidur sambil berduaan di kamar tidur *colek Pepeng dan Dendi* hahahahaha

Biar sedang KOLUKA, ternyata nonton BOLA nggak boleh ketinggalan *Huuuuu*. Sampai malam, beberapa tukang loenpia duduk di depan TV nonton pertandingan sepak bola nasional. Beberapa tukang loenpia yang lain juga duduk di depan TV sambil mikir: “INI SELESAINYA KAPAN YAAAA?? MAU NONTON FILM NIIIII”.

Nggak jelas jam berapa kami mulai tidur. Nggak jelas juga jam berapa kami mulai bangun. Tapi, hebat lho. Jam setengah enam (atau jam lima ya?) tukang-tukang loenpia itu sudah pada jalan-jalan ke kebun teh. Saya sendiri baru keluar rumah setelah jam tujuh, karena mesti nunggu tukang loenpia ketjil bangun tidur dulu *peluk Gita*.

Kami beramai-ramai sarapan di warteg. Eh, kalau malas pergi-pergi sebenarnya juga bisa pesan makanan prasmanan gitu. Nama ibu yang menyediakan katering prasmanan itu Bu Kus. Kayaknya sih enak dan simpel. Tapi, kayaknya kami lebih senang untuk sengsara mencari-cari tempat makan di luar homestay.

Setelah sarapan, kami memutuskan pergi ke pabrik teh ditemani seorang bapak dari kantor Argowisata. Kami dibawa ke dalam pabrik untuk melihat proses pembuatan teh dan setelah itu juga dibawa menyusuri perkebunan teh yang maha luas *dan maha jauh huhuhu*. Di akhir acara tamasya jalan kaki di sekitar perkebunan teh itu, beberapa tukang loenpia membeli teh merek SRUPUT dalam paket kantong kertas: ada yang beli karena memang doyan minum teh, tapi ada yang beli dengan niat mulia ingin kurus *bwahahahaaha*

Setelah acara tea walk selesai, beberapa tukang loenpia dan tukang loenpia ketjil mencoba fasilitas out bond flying fox: yang dewasa membayar Rp. 10 ribu sementara yang anak-anak membayar Rp. 5 ribu. Kayaknya sih asik, walau saya nggak bisa mencoba karena siang itu saya salah kostum *huuuu, nyesel*.

Jam sebelasan – kami merasa lelah dan bau. Jadi, kami memutuskan kembali ke homestay untuk bersih-bersih dan siap-siap pulang karena harus check out jam 13.00 *info yang salah, karena ternyata check out nya boleh jam 14.00* Setelah wangi dan saweran beberapa hal, akhirnya kami pulang ke Semarang, tapi sempat mampir di Kendal buat makan siang – di warteg dengan 30 makanan Jawa *serimpingnya enak, tapi pecelnya super pedes*

Eh, iya – kalau lain kali nginap di Pagilaran lagi – jangan lupa bawa GUNTING, supaya gigi tetap terjaga kesehatannya *colek Okky* Dan, ternyata waktu check in nya itu jam 7.30 hehe

==================================================

If you are cold, tea will warm you.  If you are too heated, it will cool you.  If you are depressed, it will cheer you.  If you are excited, it will calm you.  ~Gladstone, 1865

dektitut

halo. nama saya titut - saya perempuan. sekarang saya tinggal di Australia, karena sedang berusaha sangat keras untuk menyelesaikan s3 saya.

Artikel yang Direkomendasikan

16 Komentar

  1. kapan ke sana lagi?

    *ketagihan*

  2. di pagilaran … cuman saya loh .. yg mandi di telaga biru disono

    *bangga

  3. Wuaahhahhahhaah..
    Gak ada gunting, gigiku pun jadi!

    Ini Koluka yg MANTAB!!
    Krna team betmen tunduk sama Gita.
    Dan pasti team betmen akan merindukan Gita.

  4. wahhh…
    saya suka saya suka
    emang apa hubunganya GUNTING ma GIGI?
    *hmmmm mikir
    whatever

    paling lama tidur brati aku ki ya?

  5. @niff: kalau kamu jadian, traktir syukurannya di Pagilaran ya ;))

  6. @niff: jadiannya sebelum tgl 13 februari ya? biar aku bisa ikut lagi :p

  7. memory’s of pagilaran….

  8. Salam kenal semua,.
    saya boleh gabung di sini kan??
    mohon Bantuan nya,.
    terima kasih..

  9. WAAAHHH TRENYATA ITU SATAY.. SATAY SISA THO?????

  10. hahhaha..bener2 wiken yg menarik….
    bau aroma kopi dan teh pagi hari…
    kabut jadi tontonan yg wajib di santap setiap saat…

    *pengen bulan madu disana* LOH..???

  11. saya agak gak doyan satenya … terlalu gede hehehehe… kebun tehnya mantabsss

  12. wah,,,enak”e …! jadi kepingin,,,

  13. wah…info ciamik nih…. BTW kalo rombongan kelg boleh ga ya masuk ke pabrik gitu?

  14. waduh, jadi ingat saat lagi on the hoi dulu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *