Semarang Loop Line

 

Bertaon-taon tinggal di Jepang, saya akhirnya “jatuh cinta” dengan sistem perkeretaapian di negeri Sakura ini.
Tentu aja saya sering naik kereta kalo kemana-mana, jauh lebih sering dibandingkan naik bus atau taxi. Tapi bukan itu yang bikin saya jatuh cinta. Sueer..!

Kereta api adalah angkutan massal yang sangat diandalkan warga Jepang.
Ada densha (KRL/kereta rel listrik), kereta diesel, monorel dan kereta linier. Shinkansen termasuk jenis densha dengan kecepatan tinggi, mencapai 300 km/jam. Sedangkan kereta linier yang pake sistem elektromagnetik mungkin bisa dibilang kereta setan saking cepatnya (mencapai 500 km/jam)..wuuss..bablas angine… Ruginya, belum duduk udah nyampe tujuan.. :)

Jaringan rel kereta api pun menyebar di seluruh pelosok negeri secara merata, dengan JR (Japan Railways) sebagai operator utamanya. Kalo di Indonesia, JR kira-kira sama dengan PT KAI.
Selain JR, banyak juga operator swasta di bidang jasa perkeretaapian.

Saat masih tinggal di pinggiran Osaka dulu, saya lebih sering naik kereta Hankyu, milik operator swasta Hankyu Ltd. Gerbongnya bersih, nyaman, sejuk saat musim panas, hangat saat musim dingin, sama kayak kereta milik JR atau lainnya. Cuma, ongkosnya lebih murah.
Kalo lagi maen ke Port Island-Kobe, saya naik kereta monorel yang gak pake masinis alias otomatis. Sama kayak monorel di Kansai International Airport (Osaka).

Kenyamanan-kenyamanan yang saya rasakan saat naik kereta di sini malah bikin saya kadang merenung, membayangkan kondisi perkeretaapian Indonesia yang masih saja suram.

Kondisi gerbong penumpang yang tidak layak pakai, ketidakdisiplinan awak kereta dan penumpang, tingkat kecelakaan kereta yang cukup tinggi, kinerja manajemen yang jauh dari harapan sehingga tiap tahun selalu rugi, dll.
Memperbaiki kondisi perkeretaapian kita ibarat mengurai benang kusut.

Tapi dari perenungan saya itu suddenly, makbedunduk, sekonyong-konyong,.. muncullah harapan dan impian tentang sebuah jaringan kereta api di Semarang. Saya belon akan bicara skala nasional karena terlalu muluk-muluk dan berat buat saya.

Seperti kita tahu, perkeretaapian Indonesia berawal di Semarang. Wuiih..bangga dong,..

Tepatnya, dimulai dari jalur Kemijen (Semarang) – Tanggung (Grobogan) sejauh 25 km, yang diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 10 Agustus 1867. Sedangkan kantor administratifnya yang kita kenal dengan nama Lawang Sewu diresmikan pada tanggal 1 Juli 1907.

Sayang, akhirnya pemerintah kita lebih memilih membangun jalan raya daripada mengembangkan jaringan rel kereta api. Hasilnya, kini pemerintah kewalahan karena penambahan panjang dan lebar ruas jalan raya nggak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang meningkat pesat. Maka, kemacetan di sana-sini menjadi pemandangan sehari-hari…hiks..

Dengan dasar-dasar seperti disebutin di atas, maka saya usul perlunya mengembalikan kejayaan kereta api di Semarang dengan cara membangun dan mengembangkan jaringan kereta api dalam kota dan membangun jalur-jalur pendek antar kota yang menghubungkan Semarang dengan Kendal, Demak, Jepara, Kudus dan Purwodadi.

Adapun jalur utama dalam jaringan kereta dalam kota saya sebut Semarang Loop Line (Jalur Lingkar Semarang). Yaitu, jalur rel kereta api yang melingkar di dalam kota Semarang seperti Yamanote di Tokyo atau Osaka Loop Line.

dok.foto: http://www.kippo.or.jp

Jenis kereta api yang saya pilih adalah monorel. Alasannya, biaya konstruksi lebih murah. Untuk menopang double track (rel ganda), cukup dengan tiang penyangga berbentuk huruf “T”. Biaya pembebasan tanah bisa ditekan, karena jalur monorel bisa melayang di atas median jalan atau trotoar, sehingga nggak perlu membebaskan tanah di lokasi tersebut dan secara otomatis nggak mengganggu arus lalu-lintas di bawahnya. Juga nggak mengokupasi jalan yang udah ada seperti yang terjadi dalam proyek busway.

Karena melayang pula, maka dijamin anti banjir dan anti macet sehingga bisa tepat waktu. Cuman nggak dijamin anti copet.. :) Monorel bertenaga listrik, sehingga nggak bikin polusi udara dan nggak berisik.

Monorel sekali jalan bisa mengangkut ratusan penumpang. Jadi, lebih hemat energi dibandingkan angkutan massal lainnya seperti bus kota ataupun angkot. Ini khan jelas ngebantu pemerintah menekan biaya untuk subsidi BBM. Betul tidaak..?

Dengan adanya moda transportasi massal yang nyaman, murah, cepat, tepat waktu dan ramah lingkungan seperti ini diharapkan akan bisa mengurangi kepadatan lalu-lintas di jalan raya.

Sekarang, untuk membangun jaringan monorel duitnya dari mana? Marilah kita bertanya pada rumput yang bergoyang..he..he..

Sebenernya banyak investor asing bersedia mendanai proyek transportasi massal di Indonesia. Tawarkan saja kepada mereka dengan sistem BOT (Build-Operate-Transfer) 20-30 tahun atau dengan penyertaan modal pemerintah Jateng atau Pemkot Semarang. Kalo perlu kasih mereka insentif menarik seperti tax holiday dalam jangka waktu tertentu.

Jangan kalah sama Thailand atau Malaysia yang lagi bersemangat menambah panjang jalur rel kereta api mereka tiap tahun. Saya malah salut dengan Malaysia yang berhasil membangun dan mengembangkan jaringan kereta monorel hasil karya mereka sendiri, sehingga bisa hemat 50% dibandingkan jika proyek tersebut diserahin ke perusahaan asing.

Tentu bukan tanpa alasan jika negara-negara maju di dunia menganggap kereta api sebagai moda transportasi massal yang sangat vital. Contohnya adalah Jepang, tempat saya “bertapa” saat ini.

Hidup Kereta Api..!

From Shikoku With Love And Peace,

Masfiq

http://www.asiannetbisnis.blogspot.com
 

 

masfiq

working in finishing section of an ironworks company in japan

Artikel yang Direkomendasikan

18 Komentar

  1. kalo saya pilih naek sepeda pak, ngirit dan menyehatkan.
    [jika Indonesia punya, ya mesthi naek!]

  2. Jakarta lagi dibangun jalurnya monorel.. tapi gak tau deh dr dulu gak kelar2..

    Wah beda bgt ya keretanya bagus2.. jauh deh sama KRL jabotabek wakakaa… :))
    btw gerbong2 KRL kan katanya pemberian pemerintah Jepang, yg udah sisa pakai dr Jepang (kalo gak salah). Sisa pakai aja bagus2 gitu (pas baru nyampe Indo). Tapi ya lama2 krn gak dirawat..you know lah..

  3. Iya yah, lha wong Jakarta aja monorel-nya gak jadi-jadi gitu… Apalagi Semarang..hiks…

    Denger-denger sih mulai taon 2010 Jateng mau bikin jalur kereta api Semarang-Demak-Jepara, Demak-Kudus. Kalo nggak issue ya berarti gosip.. :)

    masfiq

    http://www.AsianNetBisnis.blogspot.com

  4. Betul Masfiq
    Aku yang hanya sebulan di Jepang saja setiap hari selalu naik subway train paling tidak enam kali sehari di Tokyo, sempet juga naik Shinkansen dua kali waktu mau ke Hakata (Fukuoka) dari Kyoto, nyeberang terowongan bawah laut di selat antara Pulau Honshu dan Kyushu. Jika di Indonesia ada Shinkansen, Semarang-Denpasar (Bali) hanya butuh waktu sekitar 3,5 jam kayak dari Kyoto-Hakata. Memang enak tenan, bersih, sejuk, dan jadwal terjaga. Yang jelas, mboten wonten copet…
    http://asepbs.blogspot.com

  5. kalo baca posting-an mas fiq mah jadi pengen kesana lagi euy, jadi inget naek line Odakyu tiap hari dan stasiun Shinjuku yg jadi stasiun terakhir+inget ibu2x muda yg modis di musim dingin yg berkeliaran di kereta *halah*

  6. wah wah wah…
    iya, beda banget dengan kondisi kereta api disini yang uyel-uyelan, sumuk, bocor sana-sini, angin sembribit.. huhuhuhu…..

  7. Tuh kan, aku bilang juga apa,
    makanya pengen ke jepang.
    aih aih…

  8. Mumpung semarang belum terlalu maceet…..
    Jalur lingkar semarang dan / atau dari barat ke timur

    Tapi kalau baca bisnis indonesia minggu kemarin yg paling dekat kayaknya model kayak transjakarta alias busway. ada sekitar 10 kota yang akan menggarap semamacam itu.

  9. wah, iya kayaknya nyaman ya. Tapi kok sepi banget ya ? DI Singapura juga nyaman dan cepat kereta apinya tapi ruamenya minta ampun. Denger-denger sih umur kereta api di Singapur udah lebih dari 15 tahun, tapi masih tetap bagus dan terawat loh.

    Gw pasti bakal ke Jepun someday, Insya Allah ;)

  10. Kalo pas peak hours (jam sibuk) penumpang berjubelan, khususnya di kota-kota besar kayak Tokyo, Osaka, Nagoya, dll. Nggak sampe kejepit pintu juga udah bagus… :)

    masfiq

    http://www.AsianNetBisnis.blogspot.com

  11. mas masfiq, keren bngt fotonya! Saya kopi yaa… Maklum, pngen naek KRL di jepang ampe kbawa mimpi sgala, haha…. Btw, ada koleksi foto KRL yg laen? ;d
    Trims

    kumpulbocah83@yahoo.com

  12. wuah..asyik bener ya kereta di japan…wuah kalo di indonesia keretane kayak gini..hmmm ga kerja ..jalan2 naek kereta mulu…hahah..(*males mode on*)…
    Dijakarta dah ada kok monorail..tapi tiangnya doang…hiks…entah kenapa justru busway yg diduluin ya..padahal kan jelas2 lebih bagus monorail…ga ngambil bagian jalan raya yg udah muacet…ah jadi curiga ma Pemda DKI neh…
    btw kalo ngurangi subsidi BBM..hmmKRL itu jg kan pake BBM (buat pembangkit listrik butuh bahan bakar juga) mgkn yg pasti Polusi jelas berkurang kalo ada monorail

  13. giLa,,,,,,,,,,,,,,,, di Jepang tuh hBattttt bGt.. Gw bNer2 ngRii… aSik bGt kLi yah kLo Indonesia ky gTu…

  14. asik dunk……………

  15. waduhhh jadi pengen cepet2 ke jp lagi ya

  16. Weleh, pejabat terkait di indonesia banyak yg kagak mikirin sistim angkutan massal, mereka lbh banyak pikirin karier (politik & uang).
    Semua itu hrs dimulai dr pejabat yg merencanakan & mengeksekusi. Moga2 pejabat yg baru kerjanya bener2.
    Seperti tata letak kota, mmg Jepang sdh di desain sbg kota dgn angkutan massal kereta.
    Jakarta sih kagak ada perencanaan, kl ada gampang di intervensi sama org berduit, jd rencana yg bagus bisa hilang gt aja trus konflik kepentingannya besar.

  17. wihn boleh juga tuh ajak-ajak donk ke negri sakura .tolong krl di indonesianya di perbanyak lagi ya biar mirip kaya jepangn jangan yang jelek donk yang bagus kirimnya trus maju untuk jepang

  18. pt kereta api emang terus berbenah. sktr setahun ini udh ada jakarta loop line (kereta lingkar jakarta) dgn kereta andalan tetap krl jepang. sebenernya pt inka madiun udh mampu bikin krl sebagus krl jepang, tp emang mahal… lha wong baru gress….
    jd tergantung pemerintah jg, kalo mau beli produk pt inka khan menurutku lbh bagus krn berarti pemerintah menunjukkan komitmennya utk memajukan indistri strategis dalam negeri.. gak cuma omong thok…
    soal monorail jakarta yg gak jadi2, itu bkn soal teknis tp krn ada konflik kepentingan di antara pejabat berwenang khususnya pemda dki. kasarnya mereka lbh mirip makelar drpd pejabat publik yg mestinya membela kepentingan publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *