Selamatkan Kuntul Srondol….!!!

Habitat kuntul di pepohonan depan Markas Banteng Raiders, Srondol, Semarang, senantiasa menarik perhatian. Burung-burung berbulu putih, berkaki panjang, dan berleher jenjang itu menghuni pohon asam jawa (Tamarindus indica). Tak hanya itu, kuntul Srondol telah menjadi salah satu ikon Semarang. Pada saat itu sebenarnya sekawanan burung kuntul sedang melakukan migrasi untuk menuju daerah perburuan makanan dan menjadikan pohon asam di jalan tersebut sebagai tempat singgah sementara sebelum melanjutkan ke daerah perburuan makanan. Mereka merasa aman karena dijaga oleh barisan Markas Militer Banteng Raiders, untuk tidak diburu dan ditembaki, sehingga menjadikan kawanan burung kuntul ini bebas berkembangbiak.

Dari tahun ke tahun populasi kuntul di pepohonan Srondol semakin berkurang. Jika pada akhir tahun 1990-an jumlahnya mencapai 1.000 ekor, kini yang bertahan di tempat itu tinggal 200-an ekor. Jika kita melintas di bawah deretan pohon tersebut, kita akan dapat melihat burung-burung kuntul itu bersarang serta beranakpinak di sana dan jika sedang “beruntung” kita akan mendapat ceceran kotorannya yang berwarna putih dan beraroma menyengat.

Ada fakta menarik mengenai burung kuntul di Srondol yang tak diketahui banyak orang. Fakta itu terkait dengan keragaman jenisnya. Berdasarkan jenisnya ada empat, yakni kuntul besar (Egretta alba), kuntul perak (Egretta intermedia), kuntul kecil (Egretta garzetta), dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis). Kita semua harus sadar bahwa empat dari enam jenis kuntul yang ada di dunia terdapat di Srondol.

Pohon asam disepanjang jalan Setiabudi ini menjadi surga bagi burung kuntul yang menjadikan “rumah tetap”nya. Di pagi atau sore hari menjelang matahari tenggelam kita bisa melihat aktivitas beragam kawanan burung bergerombol keluar-masuk tajuk pohon. Ketika melakukan migrasi, burung memiliki pola yang tetap dengan mendatangi jenis pohon pada areal yang sama pada musim-musim sebelumnya. Bahkan, seekor kuntul mampu untuk mengenali sarang yang telah ditinggalkan pada musim migrasi sebelumnya.

Sekarang sudah sangat jarang kita melihat burung kuntul yang berjejer di dahan pohon asam, karena sebagian sumber pakan mereka yaitu sawah di daerah sekitar Banyumanik dan Hutan bakau di pantai Semarang telah berubah dan beralih fungsi menjadi kawasan perumahan dan industri. Mereka tidak perdulu dengan nasib burung kuntul yang semakin terjepit akibat ulah manusia. Dulu, ketika Semarang masih memiliki banyak areal sawah, rawa, tambak, dan hutan mangrove, jumlah kuntul di Srondol relatif banyak. Sekarang pupulasi kuntul yang masih bertahan di Srondol semakin berkurang dari tahun ke tahun.

Sekarang ini upaya pelestarian keberadaan pohon di tengah kota wajib menjadi prioritas. Mumpung belum berlanjut kian parah, kiranya perlu penegakan peraturan tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang mengatur tentang ketersediaan ruang terbuka hijau bagi tiap kapling bangunan. Jangan sampai berdirinya ruko ruko disepanjang jalan mulai kehilangan lahan untuk tumbuhnya pohon, dan hanya memberi ruang lapang untuk tempat parkir.

Keberadaan pohon bagi satwa burung adalah rumah, tempat berlindung, dan berkembang biak. Hilangnya sebatang pohon adalah salah satu awal proses bagi musnahnya satwa burung di alam. Seringnya kita baru menyadari ketika kita telah kehilangan celotehan mereka. Sudah saatnya pemerintah kota mengambil langkah untuk melestarikan keberadaan kuntul Srondol agar tidak punah. Jika alih fungsi lahan basah di Semarang terus berlangsung, dan tak dikendalikan, cepat atau lambat burung-burung kuntul ikon kota itu akan menghilang dari pepohonan di Srondol. Untuk itu, kita berharap agar keberadaan pohon asam serta eksistensi burung kuntul tetap dilestarikan dan dijadikan kawasan khusus.

Penulis : Sukawi ————— penghuni kota tropis

sukawi

saya seorang yang gemar menulis jadi disini saya akan banyak menulis

Artikel yang Direkomendasikan

7 Komentar

  1. wah bakalan sepi tuh srondol

  2. kebangetan…durung ono sing komen ik..

  3. ahhaha koment nomer loro

  4. Tak dukung pak !! ^^

  5. Mudah-mudahan disimak juga oleh pihak yang paling berwenang.

  6. Kuntul Srondol tidak perlu diselamatkan Pak. Mereka sudah menyelamatkan diri dengan bermigrasi ke daerah yang dekat Tambak/Muara Sungai (Misal Sayung). Karena di Semarang sudah berkurang daerah persawahan dan tambaknya.
    :P

  7. Pernah baca juga baru-baru ini disalah satu koran, bahwa ekosistem burung kuntul yang didaerah Sayung juga mulai ditinggalkan oleh kawanan burung ini. Entah kemana lagi mereka harus bermigrasi.. :'(

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *