Sejarah Semarang: Asal-muasal Nama dan Kota Semarang

Sejarah Semarang: Asal-muasal Nama dan Kota Semarang

Kota Semarang, kota metropolitan yang kian familier di telinga masyarakat Indonesia ini adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan dan ketenaran nasionalis kota yang dijuluki sebagai Kota Lumpia ini tentu tidak luput dari unsur sejarah yang menarik.

Lebih dari sekadar sejarah arsitektur dan peninggalan-peninggalan bangunan kolonialnya, sejarah Semarang ternyata dalam dan menarik. Terdapat sejarah asal-muasal nama hingga asal-muasal kota itu sendiri yang akan dibahas di sini.

Sebelum lanjut lebih jauh, yuk, ketahui dulu makna kata ‘Semarang’. Secara etimologis, kata ‘Semarang’ berarti asam yang jarang-jarang. Makna ini diambil dari tiga suku kata di dua kata berikut: ‘sem’ yang berarti asam dan ‘arang’ yang berarti jarang. Itu dia arti harafiah dari Semarang.

Asal-muasal Nama Kota Semarang

Dahulu kala, berdiri kerajaan Demak di Jawa Tengah dengan corak Islam yang kental. Di kerajaan tersebut hiduplah seorang pangeran yang dikenal dengan panggilan R. M. Pandan.

R. M. Pandan adalah seorang ulama sekaligus bangsawan terkenal, orang-orang segan dan hormat kepadanya. Keberuntungan R. M. Pandan tidak berhenti di situ, ia juga dikaruniai seorang anak lelaki yang dikenal ramah, sopan, baik hati, dan berbakti kepada orang tua, anak lelaki ini bernama Raden Pandanarang.

Suatu ketika, R. M. Pandan bepergian bersama anak dan pengiring-pengiringnya untuk migrasi ke daerah baru. Merasa telah menemukan tempat yang tepat setelah melalui perjalanan berhari-hari, R. M. Pandan akhirnya berhenti di suatu area di arah barat Kerajaan Demak.

Di daerah baru tersebut, R. M. Pandan memutuskan untuk mendirikan pondok pesantren serta lahan pertanian. Di sana ia mengajarkan agama Islam sehingga menarik banyak warga untuk ikut menimba ilmu bersamanya di pondok pesantren tersebut. R. M. Pandan berharap anak lelakinya yang berbakti ini mampu meneruskan perjuangannya menjadi penyebar agama Islam setelah kepergiannya.

Beberapa waktu sebelum meninggal dunia, R. M. Pandan sempat menyampaikan keinginan tersiratnya tersebut, ia meminta Raden Pandanarang, anaknya, untuk tetap bermukim di pondok pesantren tersebut sembari menyebarkan agama Islam dan bercocok tanam.

KI AGENG PANDANARAN
Source: http://agathanicole.blogspot.com

Raden Pandanarang selaku anak dengan kebajikan hati yang sangat, memutuskan untuk meneruskan dan menjalankan perintah sang Ayah untuk menjadi guru agama Islam sambil mengelola lahan pertanian di daerah tersebut.

Karena kepiawaiannya dalam mengelola lahan pertanian tersebut, akhirnya bahan pangan tumbuh dengan subur dan masyarakat berbondong-bondong ke daerah Raden Pandanarang. Selain untuk mengambil bahan pangan, mereka pun akhirnya memilih untuk belajar agama Islam bersama Raden Pandanarang.

Suatu ketika saat Raden Pandanarang sedang menggarap lahan pertanian di daerah pondok pesantren tersebut, ada hal aneh yang tiba-tiba terjadi tanpa peringatan. Di tengah-tengah pepohonan yang hijau lagi subur ia melihat pohon-pohon asam yang tumbuh berjauhan. Ia perhatikan dan terheran-heran. Tidak hanya dirinya, para pengikut serta orang-orang yang menyaksikannya pun merasakan keheranan yang serupa. Dari mana dan bagaimana pohon asam ini tumbuh di tanah yang subuh ini?

Setelah mampu memproses dan menerima kejadian tersebut, Raden Pandanarang akhirnya mendeklarasikan bahwa daerah yang ia tempati akan diberi nama Semarang, asam yang jarang-jarang. Begitulah sejarah nama Kota Semarang yang terlahir ratusan tahun silam pada zaman Kerajaan Demak.

Asal-muasal Kota Semarang

Semarang yang dijajah oleh Sekutu akhirnya diserahkan ke pihak Belanda pada 16 Mei 1946. Penjajahan Belanda mengakibatkan penangkapan Walikota Semarang kala itu, Mr. Imam Sudjahri yang dilakukan sebelum proklamasi kemerdekaan pada 3 Juni 1946.

Semasa penjajahan Belanda, Kota Semarang tidak memiliki pemerintahan, namun secara diam-diam, pedalaman Kota Semarang terus berjuang untuk mempertahankan pemerintahan hingga Desember 1948. Pengungsian kala itu secara kontinyu berlangsung dari Purwodadi ke Gubug, lalu Kedungjati, Salatiga, hingga Yogyakarta.

Pemerintahan tersembunyi tersebut dipimpin tiga orang, yaitu R. Patah, R. Prawotosudibyo, dan Mr. Ichsan. Penduduk Belanda pun berusaha membentuk kembali pemerintahan dengan nama Recomba, namun upaya pimpinannya, R. Slamet Tirtosubroto, berakhir tanpa hasil.

Selepas hal tersebut, kedaulatan diserahkan kepada Komandan KMKB Semarang. Pada Awal April 1950, Komandan KMKB, Mayor Suhardi, menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta, Mr. Koesoedibyono. Melalui prosesi tersebut, Mr. Koesoedibyono dengan segala perjuangannya menyusun kembali aparat pemerintahan demi melancarkan pemerintahan Kota Semarang.

Itulah sejarah Semarang dan perjuangan para pimpinan serta pemerintahan di masa penjajahan yang berat. Bukan tanpa hasil, Semarang berhasil terus berkembang, bahkan menjadikan peninggalan-peninggalan para penjajah sebagai destinasi wisata para wisatawan.

Kota Semarang kini berdiri dengan visi yang jelas, yaitu menjadi kota perdagangan dan jasa yang hebat menuju masyarakat yang semakin sejahtera. Hal ini salah satunya diupayakan melalui julukan yang diberikan oleh Kota Semarang untuk mereka sendiri, yaitu The Port of Java, atau Pelabuhannya Jawa.

Ada yang menyentil para blogger dari post artikel ini? Yuk, selaku komunitas blogger Semarang yang hobi menulis, gemar membicarakan tentang Semarang, lagi tidak lupa password blog, langsung tuangkan ide-ide menulis kamu mengenai sejarah Semarang!

Bandar Loenpia

Bukan Penjual Lumpia

Artikel yang Direkomendasikan

4 Komentar

  1. baru tau, lumayan nambah ilmu

  2. Pirang tahun neng Semarang nembe ruh nek sejaraeh ki ngene, ono buku referensi gak Mas?

  3. Saya orang Semarang ^_^

  4. Semarang .munkin juga dr kata semar.yg diangap pelindung tanah jawa. Semar masih dipuja oleh orang keturunan di semarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *